Kok cuma naik seons? Gimana nih?
Tulisan ini agak negatif ya. Saya harap setelah menulis ini ga akan ada lagi perasaan kesal di hati saya. Kalau dirasa kalian ga suka boleh di skip.
Kok cuma naik seons? Gimana nih? Itu adalah kalimat yang saya dengar beberapa hari lalu dari seorang kader posyandu ketika anak – anak saya sedang ditimbang. Komentar itu dilontarkan saat Rana anak kedua saya yang masih bayi, selesai ditimbang. Saya ga tahu nama kader ini, tapi saya ga akan pernah lupa raut wajahnya saat mengatakan komentar menyakitkan itu.
Kenapa saya bilang komentar itu menyakitkan? Karena ada rasa gremet di hati saya ketika mendengarnya. Pertama, walaupun hanya seons, tapi kan ada kenaikan. Dan bila beliau melihat grafik kenaikan berat badan Rana di buku KMS nya itu masih di area aman alias ga ada yang perlu dikhawatirkan. Kedua, apa masih ya, berat badan menjadi parameter anak sehat?
Jujur, saya ingin sekali membalas ucapan beliau dengan nada tinggi untuk menunjukkan bahwa saya marah. Tapi yaa, lagi lagi karena ‘ga enak, takut dihujat tetangga’ akhirnya saya hanya diam. Saya cuma membalas ucapannya dengan kata, iya bu naik.
Karena sebenarnya saya juga ga tau jawaban apa yang dia harapkan dari saya setelah dia bertanya “Gimana nih?”
Apa sih maksud ibu dengan komentar itu?
Saya sedang menenangkan hati saya dari komentar bu kader ketika tiba-tiba seseorang mengirim pesan mengomentari status di whatsapp saya tentang Rana juga. Dan pertanyaannya, berat badannya berapa? Lagi – lagi saya kembali emosi, namun berusaha menjawab sesopan mungkin. Tapi ternyata dia malah membuat saya malas melanjutkan percakapan dengan mengatakan “Oh, sama ya sama anakku yang masih 5 bulan.”
Jadi maksudnya dia bertanya mau pamer bb anaknya yang masih 5 bulan sama dengan anak saya yang udah 9 bulan?
Kenapa ya? Kenapa? Saya ga masalah ditanya tentang bb anak, tapi kenapa harus dibandingkan dengan anaknya? Apa dia jadi senang gitu? Atau sebenarnya dia juga lagi galau karena omongan orang lain dan akhirnya nyari pembalasan.
Entah deh buibu lain punya pendapat apa. Tapi saya pribadi sangat terganggu kalau sudah ada kata-kata, oh anakku sih begini anakku sih begitu. Ya udaaahhhh… alhamdulillah anak anda sehat, anak anda pintar, anak anda keren. Alhamdulillah.
Ga perlu momennya begitu, anda nanya tentang anak saya, terus dibalasnya dengan bercerita tentang anak anda. Anda ga tau loh orang yang dengernya beneran seneng atau malah gremet di balik senyumnya.
Dan untuk kader posyandu, ya bisa kan nanya yang lain seperti, anaknya sudah bisa ini belum bu? Anaknya gimana makannya bu? Kan itu tugas anda, memantau tumbuh kembang balita di area anda. Jadi kalau ada yang telat tumbuh kembangnya bisa langsung ketauan.
Apa saya berlebihan sampai harus nulis ini? Saya hanya menuangkan emosi, agar ga jadi penyakit dan juga nanti suatu saat jika Rani atau Rana baca tulisan ini mereka bisa tahu dan paham harus apa jika mereka berada di situasi yang sama. Orang lain itu kadang ga mikir apa yang sudah mamahnya lakukan, tahu – tahu komentar seenaknya. Usaha apa yang sudah mamah lakukan untuk memastikan tumbuh kembang kalian tetap sesuai tracknya.
Susah loh menahan diri untuk tetap slay menghadapi komentar negatif. Yang bisa bikin mamah kuat ya papah kalian. Suami penuh cinta yang tahu gimana nanggapin istrinya biar galaunya lenyap.
Tumbuh kembang anak itu selalu jadi hal utama yang mamah pikirkan setiap malam. Stimulasi apa yang harus mamah lakukan, gimana biar kamu lahap makannya nak, hal – hal sereceh ini tapi udah cukup menguras pikiran mamah.
Saya akan terus berusaha mengabaikan komentar negatif dari orang – orang yang hatinya masih ga bisa empati sama orang lain.
Dan untuk yang sedang mengalami hal yang sama, mari kita budegin sama – sama.
Percaya deh, setelah kita meluapkan emosi jelek pasti hati akan lebih lega. Dan hal baik akan lebih jelas tampak di depan mata. Seperti hari ini, Rana kasih kejutan di balik senyumannya. Gigi pertamanya nongol.
Seakan Rana mengingatkan mamahnya, mah aku sehat mah, aku tumbuh sesuai umurku mah.
I love you 💜