Rani, Rana, buah hati Mama…
Mama sering kali memikirkan banyak hal. Kadang terlalu larut dalam kekhawatiran, sampai lupa menyampaikan yang sederhana: cinta Mama, betapa pun caranya, selalu untuk kalian.
Ada satu kenyataan yang belakangan ini Mama sadari…
Orang tua sering memikirkan apa yang belum bisa mereka berikan. Sementara anak-anak, memikirkan apa yang tidak mereka dapatkan.
Kalimat itu menghantam hati Mama.
Karena sekeras apa pun Mama berusaha, akan selalu ada celah, akan selalu ada hal yang tertinggal. Tapi satu hal yang tidak pernah absen—cinta Mama yang tak pernah selesai.
Mama tahu, mungkin tidak semua luka bisa Mama cegah. Tidak semua tangis bisa Mama peluk tepat waktu. Tapi Mama ingin kalian tahu, bahwa dalam segala kekurangan Mama, ada niat yang tak pernah setengah untuk membuat kalian merasa cukup dicintai.
Mama tidak pernah menganggap diri ini paling tahu, atau paling benar. Karena sejujurnya…
Tak ada yang langsung mahir menjadi orang tua.
Mama belajar sambil berjalan. Sambil bertanya-tanya dalam hati, “Sudah benar belum caraku mendampingi kalian?” Kadang sambil menangis diam-diam, takut tak mampu jadi tempat paling aman yang kalian butuhkan.
Dan kalian juga, sayang…
Tak ada anak yang selesai dibesarkan.
Kalian akan terus tumbuh, berubah, mengenal dunia, mengobati luka, dan mungkin suatu hari memaafkan hal-hal yang belum bisa kalian mengerti hari ini.
Mama hanya ingin, meskipun dunia ini tidak selalu ramah, kalian tahu bahwa Mama pernah dan selalu berusaha jadi rumah.
Kalau suatu hari kalian merasa kehilangan arah, semoga cinta ini—yang kalian bawa sejak dalam dekap Mama—bisa jadi kompas kecil dalam hati kalian.
Karena cinta Mama… tidak akan pernah habis. Tidak akan pernah selesai. Bahkan ketika raga ini tak lagi bisa membersamai.