Search
Close this search box.

Lagu Untuk Pernikahanmu

Lagu Untuk Pernikahanmu

Karya Annzhu

Gadis dan Sandi adalah kawan baik sejak mereka berusia 5 tahun. Rumah mereka bersebelahan. Mereka juga bersekolah di SD, SMP dan SMA yang sama. Namun ketika waktunya masuk perguruan tinggi Gadis tak melanjutkan studinya. Hal ini karena kondisi keuangan keluarga Gadis yang memang tak semapan keluarga Sandi. Sandi diterima di fakultas Sastra Jerman sebuah perguruan tinggi di Jakarta, dan Gadis memilih untuk melamar pekerjaan apapun yang bisa ia lakukan berbekal ijazah SMA miliknya. 

Meski tak lagi mengenyam pendidikan di lingkungan yang sama, mereka tetap berkawan baik. Sandi dan Gadis masih saling berkunjung. Masing-masing sudah dianggap anak sendiri oleh orang tua mereka. 

Sore itu Gadis tengah membantu mamah Sandi membuat kue ulang tahun untuk adik Sandi, Tina. Sandi mengerjakan tugasnya di ruang tengah yang dekat dengan dapur. Jadi dia bisa sambil mengobrol juga dengan Gadis. 

“ Tina ulang tahun yang keberapa mah? “ tanya Gadis sambil mencetak adonan kue pie. 

“ Yang ke 15. “ jawab mamah Sandi memotong buah untuk hiasan di atas kue pie. 

“ Udah gede juga ya. Masih mau aja dirayain. “ ujar Gadis. 

“ Iya. Sebenernya juga bukan dirayain yang gimana-gimana Dis. DIa cuma pengen dibuatin kue terus makan bareng ma temen-temennya. Ga pake tiup lilin. “ ujar mamah Sandi lagi. Gadis manggut-manggut. 

“ Tinanya kemana mah? Bukannya bantuin mamah. “ celetuk Sandi. 

“ Lagi mamah suruh beli bahan. Kurang kayaknya nih. “ jawab mamah.

“ Ooohhh….” sahut Sandi. Tak lama, terdengar Tina datang mengucapkan salam. 

“ Assalamualaikum. “

“ Waalaikumsalam. “ jawab mereka bertiga. Tina lalu meletakkan belanjaannya di meja dapur. Mencium tangan mamah dan melapor. 

“ Udah semua mah. Ini kembaliannya. “ Tina meletakkan uang di atas kulkas. Mamah Sandi mengangguk. 

‘ Ya udah. Lanjutin motong buah nih. Mamah mau buat adonan bolunya dulu. “ mamah Sandi beranjak ke meja kecil di sudut dapur. Tina mengangguk, mengerjakan tugas dari ibunya dengan patuh. 

“ Kak Gadis kemarin lagu yang dicover kakak di Instagram keren deh. ‘ kata Tina memulai obrolan. Gadis tersenyum senang. 

“ Oh ya? Syukur dong. “ 

“ Iya tumben-tumbenan suara lu bagus. “ Sandi menyahut. Masih sambil mengetik. 

” Emang suara gue bagus. ” ujar Gadis tak terima. 

” Biasanya kan cempreng.” Sandi terbahak. Gadis melempar cetakan kue pie padanya. Sandir nyengir. 

“ Yang edit videonya siapa kak? “ Tina bertanya lagi. 

“ Kak Andi. Iseng-iseng bikin. Eh iya, kakak kemarin ngelamar kerja di kafe Boss, doain keterima yah. “ ujar Gadis. 

‘ Aaamiinn…’ mamah Sandi dan kedua anaknya mengaminkan doa Gadis. 

Setelah selesai membuat kue untuk acara Tina besok, Sandi dan Gadis mengobrol di teras. 

‘ Kuliah pusing ya ternyata. “ ucap Sandi sambil memetik-metik senar gitarnya.

“ DIjalanin aja. Demi masa depan yang gemilang. “ 

Sandi mengangguk setuju. 

“ Doain gue keterima kerja ya. Lumayan bisa bantu-bantu bayar utang papah. “ ucap Gadis pelan. Takut terdengar mamah Sandi. 

Papah Gadis memang sedang terlilit hutang dengan bank. Bekas meminjam dulu waktu mulai buka usaha restoran yang ternyata gagal. Sebenarnya Sandi sudah menawarkan jika Gadis mau ia bisa bantu berbicara dengan papahnya agar meminjamkan uang pada Gadis. Namun Gadis tak mau. Papah Sandi sudah banyak membantu keluarga mereka ketika bernegoisasi agar bank tidak menyita rumah mereka. Gadis dan keluarganya cukup tahu diri dengan tidak meminjam uang lagi pada keluarga Sandi. Kini mereka menyicil utang mereka dengan membuka usaha laundry di rumah yang lumayan bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari dan menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk cicilan.

“ Iya. Gue pasti doain lu. Tapi lu emang bisa kerja di dua tempat? “ tanya Sandi ragu. 

“ Bisa. Kan jadi Office Girlnya sampe jam 4. Nah abis magrib lanjut lagi di kafenya sampe jam 11. “ jawab Gadis. Sandi memandang sahabatnya itu penuh kasih. Gadis memang kuat. 

Secara lahir maupun batin. 

“ Kalo ga yakin jangan dikerjain ya. Gue ga mau lu sakit. Uang bisa dicari lagi tapi kesehatan mahal. “ Sandi mengingatkan. Gadis mengangguk. 

“ Iya. Gue tahu kok. “ 

“ Nyanyi yuk. ‘ Sandi membetulkan letak gitarnya. 

“ Lagu kebangsaan kita aja. ‘ lanjutnya membuat Gadis tertawa. Lalu mereka memulai rutinitas harian malam mereka sebelum mereka berpisah.

 

Bergegaslah kawan ‘tuk sambut masa depan

Tetap berpegang tangan, saling berpelukan

Berikan senyuman ‘tuk sebuah perpisahan

Kenanglah sahabat, kita untuk selamanya

 

[ Alhamdulillah aku diterima San. ]

Pesan singkat dari Gadis di aplikasi hijau yang dikirim untuk Sandi membuat cowok itu tersenyum bangga. Ia membalasnya. 

[Alhamdulillah.Tapi inget yah pesen gue semalem. ]

[Iya. Makasih doanya San. ]

 

Sandi menghela nafas pelan, memasukkan kembali ponsel disakunya. Ia sedang duduk di bangku kantin kampus. Kelas berikutnya dimulai setengah jam lagi. Sandi memilih duduk disini sembari membaca buku. Masih tersenyum untuk Gadis. 

Sebuah pukulan kecil di bahunya mengejutkan Sandi, Mia. 

“ Hey, senyum-senyum sendiri. Gila lu ya?” ucapnya meledek. Sandi menyeringai. 

“ Enak aja. ini gue lagi seneng Gadis keterima kerja. ‘

Mia mengernyitkan dahinya. 

‘ Gadis? Tetangga sebelah rumah lu? “tanyanya memastikan. 

“ Iya. “ jawab Sandi pendek. 

“ Kok dia yang keterima kerja lu yang seneng. “ nada suara Mia terdengar berbeda. Kayak ada cemburu-cemburunya gitu. 

“ Ya seneng lah. Sahabat gue lagi seneng. “

” Lu sahabatan doang apa pacaran sih sama dia?” pertanyaan Mia yang terkesan menuntut membuat Sandi jengah. Sandi memang sudah sering dikira pacaran sama Gadis, karena hubungan mereka yang teramat dekat. Namun Sandi tetap tak suka jika ditanya seperti itu.

” Apaan sih. Gue emang sahabatan ma dia. Dari jaman kita masih ingusan. Lagian gue sama Gadis bukan orang yang mau pacaran. Kita maunya langsung nikah aja nanti. Kalo udah ketemu orang yang bener-bener pas buat kita. ” kata Sandi menjawab pertanyaan Mia. Mia memandangnya penuh arti. 

” Pacaran aja sama gue. ” ucapan Mia membuat Sandi terperangah. 

” Emang lu mau ma gue? “

” Gue suka ma lu dari dulu. ” 

Sandi tersenyum. Namun menolak. 

” Kan gue udah bilang barusan. Gue ga mau pacaran. Gue beresin kuliah terus kerja baru deh mikirin soal pasangan. Kalo emang kita jodoh kita pasti ketemu lagi. Entah gimana caranya. Sekarang kita bertemen baik aja dulu ya. ” jawaban Sandi yang bijak membuat Mia makin menyukainya.

” Oke. ” Mia menyetujui. Dalam hati, ia berdoa berharap semoga memang Sandilah jodohnya.

 

Dua tahun kemudian…..

 

Sandi sedang berfoto bersama teman-temannya setelah selesai acara wisuda kelulusannya. Tampak mamah, papah, Tina dan Gadis menemani Sandi di acara besarnya ini. Gadis senang Sandi bisa selesai kuliah tepat waktu. Ia sendiri tengah menunggu gelombang berikutnya pendaftaran kuliah kelas karyawan. Setelah cicilan hutang papah selesai enam bulan yang lalu, Gadis akhirnya bisa mengumpulkan uang untuk biaya studinya. Ia kini hanya bekerja di satu tempat saja. Sebagai staf gudang di sebuah pabrik susu. 

” Dis. Sini foto ma gue. ” Sandi menarik tangannya. Mengajak berfoto, lalu dengan satu tangan merangkul pundak Gadis, Sandi mengambil swafoto dengan sahabatnya itu. Tampak Mia menghampiri mereka. 

” Hei Sandi.” sapa Mia. Gadis tersenyum padanya. Mia lalu mengulurkan tangan. Gadis menerimanya. 

” Aku Mia. Kamu Gadis kan?” 

Gadis heran Mia bisa tahu namanya. Gadis lalu mengangguk.

” Kok tahu?”

” Sandi sering cerita soal kamu. ” 

” Mudah-mudahan bukan cerita jelek ya. ” Gadis bergurau. Mia tertawa mendengarnya. Dalam hati, Gadis bertanya. Kenapa Sandi malah tidak pernah menceritakan soal Mia? 

” Enggalah. Ga ada yang jelek soal Gadis. Paling doyan makan doang ma suara cempreng. Hehehehehe. ” 

” Apaan sih.” Gadis mencubit lengannya. Sandi meringis. Mereka bertiga lalu berbincang lama mengakrabkan diri. 

 

” Dis, kalo menurut lu Mia gimana orangnya? ” tanya Sandi di satu hari Minggu di teras rumah Gadis. Enam bulan setelah acara kelulusannya. 

” Baik. Dia sering main kesini walaupun lu lagi kerja. ” jawab Gadis sambil mengetik tugas kuliahnya di laptop. Sandi tampak terkejut. 

” Jadi kalian udah akrab? ” 

” Udah. Mia asyik banget kok orangnya. Sering bantuin tugas kuliah gue lagi. Lu kan sekarang sibuk. Ga pernah ada buat gue. ” Gadis menyindir. Sandi cengengesan.

” Heheheheh…Iya kan gue udah kerja. Udah ga kayak dulu. Lu kalo lagi ada pertanyaan tinggal chat gue aja sih. ” Sandi membela diri. 

” Iya. Chat hari Senin. Dibalesnya hari Senin minggu depannya. “

Sandi tergelak. 

” Bisa aja lu. ” 

Sandi tiba-tiba terdiam. Dia seperti ingin menyampaikan sesuatu. 

” Dis, gue mau nanya sesuatu ma lu. ” 

”  Apa?”

” Gue…mau ngelamar Mia. Gimana menurut lu? ” kata-kata Sandi membuat Gadis terpaku. Dia berhenti mengetik. Mengalihkan pandangannya ke Sandi. Nampak keseriusan dalam sorot matanya. 

” Lu yakin Mia yang terbaik buat lu? ” tanya Gadis serius. Sandi mengangguk.

” Dia pernah nembak gue dulu Dis. Tapi gue ga terima. Gue bilang gue mau fokus kuliah dulu terus kerja. Baru mikirin pasangan. Dan gue ga nyangka dia mau nunggu gue sampe sekarang. ” 

” Gue ga ngira Mia punya perasaan ma lu. Dan hebat juga dia berani nembak lu. ” Gadis memuji Mia tulus. Sandi mengangguk setuju. 

” Dan dia bisa deket sama mamah, sama Tina dan bahkan sama lu, sahabat gue. Gue rasa tinggal sholat istikharah minta petunjuk ma Allah apa keputusan gue udah bener ya

 ” 

Gadis mengangguk mantap. 

” Ya bener San. Gue doain yang terbaik buat lu ya. ” 

” Gue bahagia kalo lu udah menemukan pendamping lu. ” Gadis berkata lagi sambil menatap Sandi penuh makna. Sandi tersenyum lebar. Sudah lengkap rasanya, ada mamah, papah, Tina , Gadis dan sebentar lagi Mia. 

 

Acara akad pernikahan Mia dan Sandi baru saja selesai digelar. Semua yang hadir menangis haru karena rasa bahagia yang tak terkira. Mamah dan papah Sandi tak berhenti tersenyum bersyukur mendapatkan menantu sebaik Mia. Keluarga Gadis yang turut membantu setiap detil acara ini juga tampak berbahagia. Ekspresi bahagia Gadis saat memeluk Mia membuat Sandi semakin yakin ia tak salah memilih pasangan. Allah benar-benar memberikan yang terbaik. 

” Nyanyi dong. ” pinta Sandi mencolek Gadis yang tengah memainkan bunga di hiasan pelaminan mereka. Mia menoleh pada Gadis.

” Gadis bisa nyanyi? “

” Bisa. Suara dia oke kok. Walaupun cempreng dikit. ” Sandi bercanda. Gadis menyeringai. 

” Nyanyi apa?” Gadis balik bertanya. 

” Yang ngewakilin perasaan lu aja sekarang. Yang cocok sama acara gue. ” jawab Sandi. Mia mengangguk setuju. 

” Yang ngewakilin perasaan gue ya?” Gadis bergumam sendiri. Ia lalu beranjak menuju panggung kecil tempat band pengisi acara berada. Lalu membisikkan sesuatu ke pemain musik. 

Gadis mengambil miikropon. Mengucap pembukaan singkat sebelum mulai bernyanyi.

” Lagu ini buat Sandi. Semoga bisa mewakili perasaan gue buat nikahan lu. ” 

Hadirin bertepuk tangan. Sandi tersenyum lebar. 

Namun senyum di wajah Sandi perlahan memudar, saat Gadis mulai bernyanyi. Dan senyumnya benar-benar lenyap saat Gadis mulai menitikkan air mata di bagian refrain.

 

Ini aku, kau genggam hatiku

Simpan didalam lubuk hatimu

Tak tersisa untuk diriku

Habis semua rasa didada

S’lamat tinggal, kisah tak berujung

Kini ku kan berhenti berharap

Perpisahan kali ini untukku

Akan menjadi kisah sedih yang tak berujung

 

 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
RECENT POSTS
ADVERTISEMENT
Scroll to Top