Ada yang berulang dalam hidupku akhir-akhir ini.
Datang dengan wajah berbeda, tapi rasanya tetap sama:
aku bersiap dengan harapan, lalu dihadapkan pada kenyataan yang berubah arah.
Beberapa kali aku menaruh niat baik,
membuka waktu dan tenaga,
lalu menghadapi hasil yang tidak seperti rencana.
Bukan karena aku tidak usaha,
tapi karena memang bukan itu yang diminta semesta.
Dulu aku marah.
Lalu aku menangis.
Kini aku hanya diam.
Bukan karena pasrah,
tapi karena aku mulai mengerti:
jika Allah mengulang pelajaran yang sama,
mungkin aku belum benar-benar paham maknanya.
Mungkin aku terlalu menunda langkah karena ragu.
Mungkin aku terlalu menunggu waktu yang “sempurna,”
padahal sudah saatnya mencoba meski belum sempurna.
Ada bisikan di hati kecilku,
yang perlahan makin jelas:
“Kalau bukan sekarang kamu percaya diri,
kapan lagi kamu mulai berdiri?”
Dan aku sadar,
tidak semua yang tak jadi itu akhir dari segalanya.
Kadang itu penjagaan.
Kadang itu latihan,
supaya hati ini lebih lentur,
dan niat ini lebih lurus.
Hari ini aku menulis untuk mengingatkan diri sendiri:
jangan keras kepala.
Jangan hanya sibuk mengeluh,
tapi lupa menunduk dan bertanya,
“Apa sebenarnya yang sedang Allah ajarkan lewat semua ini?”
Karena ketika pola terus berulang,
itu bukan tanpa maksud.
Itu adalah surat cinta yang halus
Agar aku berhenti melihat ke luar,
dan mulai menata dari dalam.