Search
Close this search box.

Terlihat Benar, Terasa Salah

Terlihat Benar, Terasa Salah

Karya : Annzhu

Citra memandang Mala dalam-dalam. Ucapan Mala barusan terdengar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Mala bisa meminta Citra menjadi istri kedua untuk Umar, suaminya. 

“ Mba, kalo bercanda pilih topik yang lain ya. Ini beneran ga lucu. “ ucap Citra masih tetap menatap Mala. 

“ Loh, mba serius Cit. Mba beneran lagi ngelamar kamu buat mas Umar. “ sahut Mala, membalas tatapan Citra tak kalah tajam. Citra mengernyitkan alisnya. Mala yang sudah selesai merapikan barangnya kemudian pamit pergi.

‘ Kamu pikirkan saja dahulu. Istikharahlah. Kasih mba jawaban kalo kamu sudah yakin. Mba pulang dulu, ya. Assalamualaikum. “ Mala kemudian berlalu. Meninggalkan Citra yang masih terpaku di tempatnya. 

“ Waalaikumsalam. “ jawab Citra pelan. Ia lalu memandang sekeliling, mushola sudah sepi. Pengajian selesai setengah jam yang lalu. Tadinya, ia ingin langsung pulang, namun Mala menghampiri dan mengajak ia berbincang di salah satu sudut mushola. Citra menghela napas pelan. Masih sulit untuk mencerna permintaan aneh Mala. Citra lalu mengambil tasnya dan melangkah pulang. 

 

*****

 

” Bu.” panggil Citra pada ibunya yang sedang membaca buku di kamar. Hari ini tidak ada jadwal mengaji. Mala beberapa kali menelepon dan mengirim pesan mengajak bertemu. Namun, Citra menolak halus. Ia belum memiliki jawaban. Citra akhirnya memutuskan minta pendapat ibu soal ini.

” Kenapa nak? ” tanya ibu, menutup buku yang tengah dibacanya. Citra lalu duduk di sampingnya.

” Bu, sholat istikharah itu kita lakukan kalo bingung sama dua pilihan ya?” 

” Setahu ibu, sholat istikharah dilakukan agar kita dapat petunjuk dari Allah tentang sebuah pilihan.” jawab ibu. 

” Aku lagi bingung bu. Harus istikharah atau tidak. Soalnya menurutku ini terasa salah. ” 

” Soal apa?”

Citra terdiam sejenak sebelum melanjutkan.

” Mba Mala ngelamar aku buat jadi istrinya bang Umar, bu.” jelas Citra. Ibu tampak terkejut sebentar. 

” Kapan?” tanya ibu.

” Dua hari yang lalu. ” 

”  Kenapa? Memangnya ada masalah di antara mereka? “

” Itulah bu. Aku ga tahu alasannya. Mereka ga ada masalah sepertinya. Ekonomi mereka bagus, mereka juga udah punya anak kembar. Tapi yang jelas, mba Mala serius bu. Ga bercanda.” Citra berkata lagi. 

Ibu terdiam sebelum akhirnya melanjutkan. 

” Ya sudah, kamu istikharah saja . Minta petunjuk sama Allah.”

” Tapi bu, apa hal yang salah seperti ini harus aku cari jawabannya lewat istikharah juga? “

” Loh, hal yang salah? Salahnya dimana? ” ibu balik bertanya.

”  Ya salah dong bu, jadi istri kedua di rumah tangga orang yang baik-baik saja.” 

” Menurut siapa itu salah? “

” Menurut aku.” Citra menunjuk dirinya sendiri. Ibu menggeleng sambil menghela napas.

” Kalo kamu punya hubungan gelap sama Umar dan sekarang kamu merencanakan nikah diam-diam tanpa sepengetahuan Mala, itu baru salah. Tapi ini kan Mala yang ngelamar kamu. ” ucapan ibu masih tidak bisa diterima nalar Citra. 

Ibu berkata lagi.

” Udah gini aja. Kamu tanya sama Mala apa alasan pasti Umar mau nikah lagi. Kalo kamu ga terima alasan itu, kamu langsung tolak. Kalo kamu yakin, kamu terima. Tapi kalo ragu, sholat. Allah yang akan jawab keraguanmu. ” 

Citra mengangguk. Ucapan ibu benar. Aku harus segera mencari jawaban. 

 

*****

 

” Assalamualaikum. ” Citra mengucapkan salam setelah mengetuk pintu rumah Mala. Terdengar jawaban salam dari dalam rumah. Lalu, pintu terbuka. Bang Umar. Citra menundukkan pandangan. Umar lalu mempersilakan masuk. Citra duduk di ruang tamu dan menunggu Mala yang sedang memakaikan baju pada si kembar di kamar depan. Umar memilih duduk di meja makan, terlihat berkutat dengan kalkulator dan sebuah buku kas panjang. 

Mala kemudian keluar dan menemui Citra di ruang depan. Senyumnya mengembang tatkala bersalaman dengan Citra.

” Mau minum apa? ” Mala menawari. Citra menggeleng pelan. 

” Engga usah mba.” 

” Jadi gimana? Kamu udah ada jawaban.” tanya Mala tanpa basa basi.

” Ada yang mau aku tanyakan mba sebelumnya. ” tutur Citra.

” Silakan. “

” Sebenarnya apa alasan bang Umar poligami mba? Apa kalian ada masalah? Atau kalian mau cerai? ” Citra memberanikan diri meluapkan apa yang ada di benaknya selama 3 hari ini. Mala tak langsung menjawab. Ia memandang Umar yang tampak menghentikan kegiatannya saat mendengar pertanyaan Citra. 

” Sini bi. Kita harus diskusikan ini bertiga. ” Mala berucap. Umar mengangguk lalu beranjak dari kursi makan, berganti duduk di sebelah Mala. Keduanya kini berhadapan dengan Citra. 

” Kami ga ada masalah Cit ” ujar Mala. 

” Terus kenapa mba? ” 

Mala diam lagi. Ia seperti menimbang-nimbang kata yang sesuai agar Citra bisa memahami maksudnya dengan baik. 

” Bukan maksud merendahkanmu. Tapi kami ingin mengais pahala dari jalan ini. ” ujar Mala pelan. Citra tak langsung memahami perkataan Mala. Umar yang kali ini bersuara.

” Abang dan mba Mala adalah pendosa Cit. Kami pernah membunuh anak pertama kami karena berpikir kami belum sanggup.” Umar menghentikan ucapannya. Citra terkejut atas apa yang baru didengarnya. Mala menundukkan kepala, menahan tangis. Umar melanjutkan, ” dan dosa ini amat menghantui kami. Kami memutuskan untuk melamar kamu agar setidaknya kami bisa mencari pahala dari setiap jalan yang kami bisa tempuh.Agar Allah mengampuni kami. ” 

Penjelasan Umar membuat Citra mematung. Lidahnya kelu tak mampu berkata-kata. 

” Cit?” panggil Mala. Citra menarik napas dalam-dalam.

” Jadi aku disini sebagai alat kalian minta ampun sama Allah?” 

” Tolong jangan terlalu melenceng dalam memahami maksud kami. ” mohon Mala. Umar menggenggam tangannya.

” Tapi, aku masih beneran ga ngerti mba. Aku minta waktu ya mba. Aku mau istikharah dulu. Assalamualaikum. ” Citra lalu pamit pulang. Mala dan Umar ingin menahannya, namun langkah Citra lebih cepat. 

Sepanjang perjalanan pulang ia memikirkan kembali ucapan Umar dan Mala. Ada sedikit rasa kesal di hati. Kenapa mereka harus melibatkanku untuk kepentingan mereka sendiri? Lalu secara perlahan terbayang pula di benaknya bahwa ia pun pendosa. Pernah berzina dengan lelaki yang bukan mahramnya. Bahkan sampai berhubungan badan. Mala yang menemukannya dalam keadaan putus asa, mengantarkan Citra pada pengajian ini. Membawa keyakinan baru bahwa Allah menerima taubat setiap umatNya. Umar juga menuntunnya mengenal Allah, tutur kata dan tingkah lakunya yang sejuk kadang membuat Citra terpesona dan mengaguminya dalam diam. Pernah ia berbisik dalam hati, ingin memiliki suami seperti Umar. Tanpa Citra sadari, buliran bening mengalir dari sudut netranya. 

 

****

Di depan pusara ibu, Citra memanjatkan doa agar Allah menerima iman Islam ibu dan melapangkan kuburnya. Ibu berpulang tiba-tiba beberapa hari setelah Citra memberikan jawaban pada Mala. Jawaban yang terlihat benar namun masih terasa salah.

” Selama kita masih menjadi manusia, selama itulah kita masih berlumuran dosa. Allah Maha Pengampun. Allah menerima semua taubat hambaNya. Dan apapun yang Allah tuliskan untuk jalan hidup kita, itulah yang terbaik. ” 

Nasihat dari ibu inilah yang selalu Citra ingat. Sebagai penguat jiwanya, kala mengarungi sisa hidupnya, mengais pahala bersama Mala dan Umar. 

 

 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
RECENT POSTS
ADVERTISEMENT
Scroll to Top